[Unpad.ac.id, 10/09/2012] Bulan September ini, seluruh mahasiswa Unpad
memulai perkuliahan mereka. Para mahasiswa baru Unpad yang baru lulus
dari Sekolah Menengah Atas akan mengalami atmosfer belajar yang berbeda
dibandingkan dengan saat mereka sekolah dulu. Awal perkuliahan ini
menjadi momentum bagi mereka meninggalkan masa remaja memasuki masa
dewasa muda.
“Mahasiswa itu tidak pernah lepas dari perkembangan dari masyarakat.
Mereka dituntut untuk bisa mengatur dirinya sendiri, tidak hanya pada
saat kuliah saja, tapi terus sampai dia lulus nanti,” ujar guru besar
Psikologi Perkembangan Fakultas Psikologi Unpad, Prof. Dr. Juke Roosjati
Siregar, M.Pd., yang ditemui beberapa waktu lalu di kampus Fakultas
Psikologi Unpad.
Masa transisi pada rentang usia 18-22 tahun ini, Prof. Juke
menjelaskan bahwa mahasiswa belum sepenuhnya mampu menampilkan
karakteristik dewasa muda, dan masih sering menampilkan karakteristik
remajanya. “Mahasiswa harus punya pemahaman tentang makna kehidupan,
dan orangtua harus men-support hal tersebut,” jelas perempuan kelahiran Tasikmalaya, 18 November 1947 ini.
Pada masa transisi ini, ia menyampaikan bahwa mahasiswa akan
mengalami tiga tahapan pengembangan, yaitu tahap pengenalan,
pengembangan dan penglepasan. Pada tahap pengenalan yang berlangsung
hingga semester kedua ini, mahasiswa akan mengalami masa transisi dari
kondisi kehidupan yang bergantung pada keluarganya dan memasuki
kehidupan mandiri secara sosial dan emosi. Pada tahap pengembangan yang
berlangsung sejak awal semester 3 hingga akhir semester 6, mahasiswa
akan mendapat kesempatan mengeksplorasi berbagai hal yang dapat mereka
jadikan bekal untuk menghadapi masa yang akan datang. Di tahap
penglepasan, yang berlangsung sejak awal semester 7 dan berakshir di
semester 8, mahasiswa diarahkan untuk mengaktualisasikan dirinya.
Pada masa-masa tersebut, mahasiswa akan dihadapi dengan tugas-tugas
perkembangan berkaitan dengan pengembangan karier, nilai-nilai moral,
kemandirian emosi dan kompetensi sosial. Menurut mantan Dekan Fakultas
Psikologi Unpad ini, setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi
pencapaian tugas perkembangan, yaitu, kepercayaan diri, pengembangan
nilai-nilai moral dan pengembangan kompetensi sosial.
Prof. Juke menjelaskan bahwa orangtua berperan untuk menciptakan
lingkungan yang dapat mengembangkan potensi pada anak, menciptakan
mereka berkreasi, tetapi juga mengembangkan nilai-nilai kehidupan.
“Dengan pola pengasuhan dan lingkungan yang baik, mereka akan mengenal
konsep diri mereka dengan baik, dengan demikian, mereka akan memiliki
harga diri dan kepercayaan diri mereka juga akan terbentuk. Kepercayaan
diri ini akan mendasari mereka meregulasi diri mereka, mengatur dan
menentukan target-target mereka di masa depan,” tutur dosen yang pernah
mendapat hak cipta (Hak Kekayaan Intelektual) untuk Model Pembinaan
Mahasiswa dengan judul karya “Mempersiapkan Mahasiswa Meninggalkan Masa
Remaja Memasuki Masa Dewasa Muda”.
Pada kesempatan tersebut, Prof. Juke juga menegaskan mengenai
pentingnya nilai-nilai moral kehidupan yang harus mendasari segala
pikiran dan tingkah laku, sejak usia anak-anak hingga dewasa, termasuk
saat memasuki usia transisi sebagai mahasiswa ini. Nilai-nilai itu
antara lain adalah kejujuran dan tanggung jawab.
“Kedua nilai tersebut perlu dikembangkan pada mahasiswa karena dalam
menjalankan peran sebagai kaum intelektual muda, mahasiswa dituntut
bertindak jujur dan bertanggung jawab dalam rangka memperoleh
kebenaran,” tegasnya.
Untuk itu, selaku pendidik, ia menghimbau untuk selalu menjunjung
nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, memperhatikan, dan berinisiatif
serta saling menghargai dan menghormati. Selain itu, pada pihak orangtua
maupun pendidik, ia juga menghimbau untuk menerapkan pola pengasuhan
dan pengajaran yang selalu didasari oleh nilai-nilai kehidupan tersebut.
Bagi Prof. Juke sendiri, pengembangan nilai-nilai moral sejak usia
anak-anak ini selalu menjadi fokus perhatiannya hingga saat ini. Hal ini
dikarenakan keprihatinannya akan kondisi nilai-nilai moral di
masyarakat saat ini yang mulai luntur. “ Sebetulnya tidak pudar, tapi
tidak betul-betul dipahami sebagai perilaku oleh anak-anak ,” ujarnya.
Menurutnya, orangtua tidak cukup dengan mengembangkan potensi anak
dari sisi keilmuan saja, tapi juga harus mengembangkan nilai-nilai
kehidupa
n pada anak-anaknya. “Pintar saja tidak cukup, tapi harus
memiliki nilai-nilai perilaku yang baik. Jangan hanya tertuju pada
prestasi, tapi butuh keseimbangan,” ujar dosen yang lihai menari ini.*
Laporan oleh: Marlia
Sumber : http://news.unpad.ac.id/?p=60015
Home Unlabelled Prof. Dr. Juke Roosjati Siregar, M.Pd., “Pintar Saja Tidak Cukup, tapi Harus Miliki Nilai-nilai Perilaku yang Baik”
Prof. Dr. Juke Roosjati Siregar, M.Pd., “Pintar Saja Tidak Cukup, tapi Harus Miliki Nilai-nilai Perilaku yang Baik”
By Rangifer tarandus At 1/17/2019 08:47:00 PM 0
About Author
Welcome to our blog, Biology Unpad 2016
Rangifer tarandus - Solidaritas Kompetitif Religius
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Posting Komentar