Keindahan Pantai Pangandaran
tentunya sudah tidak asing lagi untuk kita terutama yang berada di
daerah Jawa Barat, tetapi mungkin Wisatawan tidak tahu bahwa di daerah
Wisata Pangandaran tidk melulu hanya tentang pantai, satu dari sekian
tempat wisata di kawasan pantai Pangandaran yaitu hutan lindung Cagar Alam Pangandaran.
Memasuki
sebuah kawasan wisata hutan lindung dengan aneka ragam flora dan fauna
,keaneka ragaman hayati dipadu dengan semilir angin pantai, suara
deburan ombak dan nyanyian khas binatang hutan akan membawa suasan hati
kita tenang tentram dan damai, warna hijau rimbunnya semak belukar
mencerminkan betapa suburnya tanah hutan cagar alam pangandaran .
Satu dari
sekian kelebihan yang dimiliki pantai pangandaran adalah taman wisata
hutan lindung yang letaknya diantara dua pantai yaitu pantai timur dan
barat sehingga memungkinkan wisatawan melihat matahari terbit dan
tenggelam. Disamping itu wisatawan bisa melihat indahnya goa-goa alam
dengan stalaktit dan stalakmitnya seperti : Goa Lanang, Goa Rengganis,
Goa Sumur Mudal, dan Goa Miring. Disbut Goa Lanang karena didalamnya
terdapat bantuan endapan yang berbentuk seperti kemaluan laki-laki.
Disebut goa Rengganis, karena disana terdapat sumber mata air jernih dan
tawar yang konon dahulunya menjadi tempat Dewi Rengganis mandi ketika
abad kerajaan Sunda yang berpusat di Ciawi Ciamis. Barangsiapa yang
mandi atau mengusap muka, konon akan segera mendapatkan jodoh (ini hanya
sekadar dogeng) dan yang mengagumkan serta lucunya tingkah laku monyet
dan cantiknya rusa yang bisa wisatawan lihat disemak dan area sekitar
cagar alam.
Dilihat
dari sejarahnya Cagar Alam Pangandaran dahulunya merupakan Kawasan
Konservasi Sumber Daya Alam Pangandaran semula merupakan tempat
perladangan penduduk. Tahun 1922, ketika Y. Eycken menjabat Residen
Priangan, diusulkan menjadi Taman Buru. Pada waktu itu dilepaskan seekor
Banteng, 3 ekor Sapi Betina dan beberapa ekor rusa. Karena memiliki
keanekaragam satwa yang unik dan khas serta perlu dijaga habitat dan
kelangsungan hidupnya maka pada tahun 1934, status kawasan tersebut
diubah menjadi Suaka Margasatwa dengan luas 530 ha. Tahun 1961, setelah
ditemukan bunga Raflesia Fatma yang langka, statusnya diubah lagi
menjadi Cagar Alam. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat
akan tempat rekreasi, maka pada tahun 1978, sebagian kawasan tersebut
(37,70 ha) dijadikan Taman Wisata. Pada tahun 1990 dikukuhkan kawasan
perairan di sekitarnya sebagai Cagar Alam Laut (470 ha), sehingga luas
seluruhnya menjadi 1.000 ha.
Jenis
pohon yang penyebarannya paling tinggi di cagar alam Pananjung
Pangandaran adalah Andong, kemudian jenis lain yang cukup dominan adalah
Laban. Sedangkan jenis pohon yang penyebarannya sangat minim di lokasi
tersebut antara lain yaitu: Walikukun, Kelepu, Teureup, Menteng,
Beringin, Walen, Jamura, Ki Huut, Renghas, dan Pulus. Selain pohon
tersebut, terdapat beberapa jenis pohon introduksi di cagar alam ini
seperti Salam, Jati, dan Huni yang tumbuh secara alami. Keberadaan pohon
jati di lokasi, diperkirakan karena terjadi ekspansi pohon jati dari
Taman Wisata Alam Pangandaran (TWAP) menuju cagar alam Pananjung
Pangandaran dan apabila dilihat sejarah cagar alam ini, sekitar kurang
lebih 70 tahun lalu di dalam kawasan ini terdapat pemukiman penduduk,
sehingga ada kemungkinan bahwa pohon jati sengaja ditanam oleh penduduk
yang tinggal di kawasan tersebut.
Untuk
Dapat Menikmati TWA Pangandaran wisatawan dapat melalui pintu masuk
pantai timur dan barat, tetapi bagi wisatawan yang ingin memiliki
perjalanan yang lebih menarik bisa menggunakan perahu pesiar yang ada di
sekitar pantai barat dan timur. Kelebihan yang dimiliki TWA Pangandaran
adalah memliki pasir putih yang tidah dijumpai di destinasi wisata lain
di Pangandaran, memiliki taman wisata air dimana wisatawan dapat
melakukan snorkeling, watersport, memancing dan berkeliling menggunakan
perahu pesiar.
Sumber : https://www.travelpangandaran.com/taman-cagar-alam-pangandaran-wisata-edukasi-flora-dan-fauna/
Posting Komentar